Semakin
dekat menuju pesta demokrasi, semakin kental pula aura kompetisi antar kedua
pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres). Pun
sebelum hari H pada tanggal 17 april 2019 nanti, kedua pasangan harus melewati tahapan
debat terlebih dahulu. Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tahap pertama
akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini yaitu pada hari kamis tanggal 17
januari 2019 mendatang.
Dalam
Debat Pilpres, KPU sejatinya hanya sebagai fasilitator. Debat Pilpres yang
berkualitas akan membantu gagasan yang disampaikan kedua pasangan sampai ke
telinga masyarakat dengan baik. Betapa tidak, gagasan-gagasan dalam debat itu
yang nantinya akan menentukan pilihan publik. Tidak salah kalau sesi debat
Capres dan Cawapres dianggap suatu yang sakral dalam tahapan Pilpres.
Sakralnya
Debat Pilpres juga membuat KPU kalang-kabut meladeni keinginan kedua pasangan
serta menjawab setiap komentar yang keluar dari mulut masyarakat. Belum
apa-apa, sudah ada berbagai polemik yang muncul. Salah satu yang paling awal
sekali yaitu soal tarik ulur siapa yang harus menyampaikan visi-misi di Debat
Pilpres tahap pertama nanti.
Tim
dari pasangan nomor urut 01 menginginkan visi-misi disampaikan olem Tim Sukses,
sedangkan pasangan nomor urut 02 menginginkan visi-misi disampaikan langsung
oleh kedua pasangan yang akan bertarung. Kedua tim pasangan bertahan dengan
argumen masing-masing dan kesepakatan pun tidak ketemu. Akhirnya KPU mengambil
jalan tengah dengan membatalkan penyampaian visi misi pada sesi debat dan memutuskan
bahwa penyampaian visi-misi dilakukan sendiri-sendiri, begitu pun waktu dan
tempat pelaksanaannya.
Belum
habis, dicoretnya Bambang Widjojanto sebagai calon panelis untuk sesi debat
pertama ini juga menimbulkan komentar yang menurut saya tidak perlu
dipermasalahkan. Tim dari pasangan nomor urut 01 sudah menyampaikan
keberatannya kepada KPU terkait nama Bambang Widjojanto yang dianggap sering
menjadi tim pemenangan di beberapa Pilkada. KPU pun mencoret Bambang dari calon
panelis debat dengan meminta kesepakatan juga kepada tim pasangan nomor urut
02, dan tim 02 menyetujuinya.
Dalam
hal ini, menurut saya KPU sudah menjalankan tugasnya dengan baik. KPU tetap
mengembalikan keputusan kepada kedua tim pasangan apa bila ada perangkat debat
yang dianggap erat dengan afiliasi politik. Polemik penyampaian visi-misi
dengan KPU yang mengambil jalan tengah juga bisa dijadikan pegangan bahwa KPU
tidak berat sebelah seperti yang dikhawatirkan banyak pihak.
Bocoran
Pertanyaan Sebelum Debat
Yang tak kalah hangat baru-baru ini adalah soal keputusan KPU yang akan menyerahkan terlebih dahulu daftar pertanyaan kepada kedua pasangan calon seminggu sebelum debat berlangsung. Nah, berbeda pada pandangan saya sebelumnya, keputusan KPU yang satu ini memang mengundang komentar miring.
Memang,
setiap keputusan KPU yang menyangkut debat pilpres selalu didasarkan atas
kesepakatan bersama antara KPU dan kedua pasangan calon itu sendiri. Namun,
dalam hemat saya, memberikan daftar pertanyaan kepada kedua pasangan sebelum
debat berlangsung dapat mengurangi kualitas dari debat itu.
Setiap
elemen masyarakat yang begitu antusias menyaksikan ajang debat ini pasti sangat
menunggu seperti apa kualitas berpikir dari kedua pasangan calon. Kualitas
berpikir kedua pasangan calon akan terkandung dalam gagasan dan program yang mereka
jual kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk lima tahun ke depan. Diantara
kualitas berpikir itu, menurut saya, termasuk pula di dalamnya adalah seberapa
cepat dan tanggap kedua calon pemimpin dalam melihat sekaligus menjawab
persoalan-persoalan yang ada di Indonesia saat ini.
KPU
sendiri mengambil keputusan tersebut dengan alasan agar debat nanti berjalan
lebih substantif dan tidak keluar dari tema yang telah diberikan. Alasan
tersebut menurut saya cukup bias, sebab persiapan untuk pemahaman dan
penguasaan materi kedua pasangan calon sebenarnya sudah “dibocorkan” sejak awal
pada tema besar debat tersebut, yaitu Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. Cukup
menggelikan apa bila pertanyaan debat sekelas calon Presiden harus dibocorkan
terlebih dahulu daftar pertanyaannya agar mereka bisa menjelaskan gagasannya
dengan baik dan benar. Sekali lagi, saya mengatakan ini adalah debat calon Presiden
di sebuah negara yang besar.
Membandingkan
Debat di Tingkat Sekolah atau Perguruan Tinggi
Saya kira, keputusan ini sedikit banyak menyakiti perasaan generasi-generasi muda yang aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Saat pemilihan ketua eksekutif ataupun senat di tingkat perguruan tinggi, sepengetahuan saya, hampir semua sesi debat tidak membocoran daftar pertanyaan sebelum debat berlangsung, apa lagi diberi tempo waktu hingga seminggu. Pun hal ini lumrah dalam proses debat sekelas pemilihan Ketua OSIS di tingkat sekolah.
Sejak
usia sekolah hingga perguruan tinggi, para calon pemimpin organisasi sudah
dituntut pandai berbicara atau berorasi untuk menyampaikan gagasan dan
ide-idenya, termasuk pula visi-misi. Kepiawaian dalam berorasi membuat para
aktivis muda tidak hanya wajib pandai berbicara, melainkan juga harus cepat dan
tanggap dalam menjawab hingga menjelaskan suatu topik. Dalam hal ini,
ketangkasan berpikir cepat harus dikedepankan dari sekedar cuma pandai menghafal.
Bila
ada yang berargumen bahwa Debat Pilpres ini menyangkut keberlangsungan negara
lima tahun ke depan dengan segala persoalannya, menurut saya juga sah-sah saja.
Sudah barang tentu persoalan untuk memimpin sebuah negara jauh lebih kompleks
dari sekedar memimpin organisasi tingkat kemahasiswaan.
Namun
poin yang ingin saya sampaikan sebenarnya adalah bahwa kita sendiri telah
dibiasakan berdemokrasi dalam organisasi sekolah sampai perguruan tinggi, yang
mana sebagian besar juga menggunakan sistem debat terlebih dahulu sebelum
prosesi pemilihan ketua organisasi terkait berlangsung.
Sistem
KPU dalam menyelenggarakan debat Pilpres ini justru bertolak belakang dengan
tatanan yang ada. Dan saya kira, tatanan pendidikan yang sudah dibiasakan sejak
dini pasti mencermikan tujuan jangka panjang. Tidak elok rasanya tatanan
tersebut berbalik arah ketika sudah pada tahap debat untuk memilih Calon
Presiden.
Tentu
di luar itu semua dari kita berharap Debat Pilpres tahap pertama pada tanggal
17 januari 2019 nanti berjalan dengan baik dan menghasilkan gagasan-gagasan
yang berkualitas dari kedua pasangan calon. Semoga pasangan nomor urut 01
Jokowi-Ma’ruf Amin dan pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandi mampu meyakinkan
publik bahwa mereka benar-benar punya maksud baik serta niat tulus mengabdi
untuk bangsa dan negara.
Sumber gambar:Opini ini sebelumnya telah dimuat di surat kabar Harian Analisa, edisi kamis tanggal 10 januari 2019, dapat dilihat juga di link ini berikut ini.Opini saya yang terbit di surat kabar saya muat di blog hanya sebagai arsip pribadi saja, tidak lebih dan tidak kurang. Salam damai dan keep writing.
- https://bisnis.tempo.co/read/1166467/prabowo-bicara-ekonomi-saat-debat-erick-thohir-tak-sesuai-tema
- Dokumentasi pribadi
Semoga proses Pilpres nanti berjalan dengan aman dan baik.
BalasHapusTidak diwarnai hal yang tidak baik yang bisa mencoreng nama Indonesia di kancah International.
Keren banget analisa mas Irsyad berhasil dimuat di surat kabar.
Tadi aku juga sudah klik linknya.
Benar mas Hima, semua berharap pilpres ini berjalan aman dan baik, para calon menyampaikan gagasan dan ide yang baik
HapusTerimakasih mas, keep writing
Iya, keren. Selamat ya Mas Irsyad.
HapusTerimakasih mba Mugniar
HapusYah, Indonesia. Pasti unik, deh, hehehe.
BalasHapusIni namanya bocor soal, yah. Kalau anak SMA mau UN terus soalnya sudah keluar sebelum hari H pasti jadi kasus. Kalo debat pilpres, tidak demikian.
Padahal kualitas pemimpin akan terlihat ketika mampu berdebat mempertahankan misi dan visinya karena sudah menguasainya sedemikian dalam.
Nanti anak2 SMA demo lagi minta soal dibocorkan dulu hahaha
Hapussaya gak suka pilpres,, pertama banyak sampah visual, kedua banyak janji palsu
BalasHapussemoga aja bakal ada sebuah bukti dan kita bisa bersatu menyongsong pilpres tahun ini
Wajar sih mas, banyak jg kok yg males sama pilpres
HapusIyasih, masa debat presiden pake bocoran, kalah sama bocah 😂
BalasHapusNah itu dia mas, hehe
HapusWahahaha duh, tidak mengerti lagi nih, banyak pembahasan memang ya kalau bicara masalah debat.
BalasHapusDebat pertama kemarin, agak kurang sih sebenernya. Contekan nggangguh bet.
Iya nih, capresnya jadi fokus teks banget
HapusHihi...memang ada saja sih ya..semoga nanti siapa pun yang terpilih, itulah yang terbaik, amanah, dan pastinya bisa menjadikan Indonesia lebih bermartabat di mata dunia. Btw, keren sekali tulisannya bisa tembus surat kabar. Belum pernah merasakan ...
BalasHapusAamiin mba, itu harapan kita semua.
HapusAlhamdulillah, sekarang mulai rutin kirim tulisan di media cetak. Itung2 nambah uang jajan dan melatih kemampuan menuangkan pikiran dalam tulisan. Hehe
Ayo mba Muyas, coba juga tulis di media cetak. Banyak pilihannya kok mau nulis dalam bentuk apa
Semoga karena adanya debat btidak memecah belah persatuan Indonesia ya mas, pilihan boleh besa, asalkan satu tujuan untuk membangun Indonesia yang lebih maju,
BalasHapusoia salan kenal mas, artikel yg bagus :)
Aamiin mas aldhi. Terimakasih dan salam kenal kembali :)
Hapussaya merasa KPU berat sebelah, entah mengapa ya... rasanya saya ga merasakan atmosfir demokrasi seperti tahun2 sebelumnya... kesal rasanya
BalasHapustapi siapapun nanti yang menang semoga bisa membawa Indonesia menjadi negara yang Maju
Banyak juga sih yang ngerasa kayak gitu. Mungkin banyak faktor, diantaranya iklim politiknya yang memang terlalu panas
HapusPosting Komentar
Sila tinggalkan komentarnya.