![]() |
nusantaranews.co |
Menyandang
status ibu kota negara, sudah sewajarnya kota Jakarta berperan sebagai kutub
pertumbuhan wilayah di Indonesia. Hal tersebut merupakan hukum alam, sebab peran
Jakarta bukan hanya sebagai pusat pemerintahan negara saja, tapi sekaligus menjadi
pusat bisnis utama di negara ini. Itulah yang menyebabkan kota ini begitu
seksi, membuat banyak orang dari luar daerah berbondong-bondong untuk mengadu
nasibnya di Jakarta.
Baca juga: Apakah Social Distancing Penting untuk Mencegah Virus Corona?
Baca juga: Apakah Social Distancing Penting untuk Mencegah Virus Corona?
Pada
akhirnya, makin ke sini kota Jakarta dirasa sudah terlalu padat. Jumlah
penduduknya saat ini mencapai 10,2 juta jiwa, dan berdasarkan data dari World
Economic Forum (2017), kota Jakarta berada di peringkat kesembilan sebagai kota
terpadat di dunia. Kemacetan? Sudah makanan saban hari. Banjir pun kerap
terjadi, bukan hanya akibat kiriman air dari hulu saja, tapi juga akibat
kemiringan permukaan tanah di utara kota Jakarta yang terus turun sekitar 7,5
sentimeter per tahun.
Rencana Pemindahan Ibu Kota
Rencana
untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta pun sudah berulang kali kita
dengar di setiap rezim pemerintahan. Hingga baru-baru ini, Presiden Joko Widodo
bersama Bappenas kembali mengkaji kemungkinan agar wacana tersebut bisa
benar-benar direalisasikan. Presiden sendiri sepertinya berkeinginan agar ibu
kota negara bisa segera dipindahkan ke luar pulau Jawa.
Di
belahan dunia lain, sebetulnya sudah banyak negara yang berhasil memindahkan
ibu kota negaranya. Brasil pada 1960 sukses memindahkan ibu kota negara mereka
dari kota padat seperti Rio de Janeiro ke kota kecil bernama Brasilia. Pada
tahun 2005, Myanmar juga memutuskan untuk memindahkan ibu kota mereka dari
Yangoon ke Naypyidaw. Jauh sebelum dua negara itu, pada 1927 Australia
memindahkan ibu kota dari Melbourne ke Canberra.
Selain
karena Jakarta yang sudah dirasa terlalu padat, rencana pemindahan ibu kota
juga didasari atas keinginan untuk memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat
bisnis negara. Menurut Bappenas, nantinya ibu kota baru hanya dijadikan sebagai
pusat pemerintahan saja. Sedangkan Jakarta tetap akan dijadikan sebagai pusat
bisnis bahkan akan semakin dikembangkan lagi menjadi pusat bisnis regional di
Asia Tenggara. Di luar itu, upaya memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat
bisnis bisa menekan kemungkinan terjadinya kolusi antara oknum pemerintah
dengan pebisnis.
Konsep
memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat bisnis juga diterapkan di beberapa
negara lain. Amerika Serikat contohnya, yang menjadikan New York City sebagai
pusat bisnis dan Washington DC sebagai pusat pemerintahan. Tiongkok pun
demikian, di mana Beijing adalah pusat pemerintahan sedangkan Shanghai lebih
kepada pusat perdagangan negara. Negara tetangga Malaysia juga sama, pusat
bisnis mereka fokuskan di Kuala Lumpur sedangkan pusat pemerintahan berada di
Putrajaya.
Bukan Perkara Mudah
Memindahkan
ibu kota negara bukan perkara mudah. Sudah pasti butuh kajian dan persiapan
yang sangat mendalam untuk merealisasikannya. Beberapa hal yang patut
diperhatikan tentunya adalah seperti apa kriteria kota yang akan dijadikan ibu
kota baru dan seberapa besar anggaran yang harus disiapkan untuk mewujudkannya.
Untuk
kriteria, Presiden bersama Bappenas sudah memberi sedikit “bocoran” di mana ibu
kota akan dipindahkan ke luar pulau Jawa dengan harapan agar Indonesia tidak Jawasentris
lagi. Lalu, apakah ibu kota baru letaknya harus berada di tengah-tengah
Indonesia secara geografis?
Jika
begitu, yang paling memungkinkan adalah kota-kota yang ada di pulau Kalimantan.
Kalimantan sendiri cukup berada di tengah Indonesia, tidak terlalu menjorok ke
barat atau pun ke timur. Pulau Kalimantan pun relatif aman dari bencana alam
seperti gempa atau erupsi gunung berapi. Namun, bencana alam karena faktor lain
seperti kebakaran hutan masih kerap terjadi di negeri Borneo itu.
Belum
lagi adanya beberapa kendala untuk menjadikan kota di luar pulau Jawa sebagai
ibu kota negara. Kita semua tahu bahwa ada jarak ketimpangan yang lumayan besar
antara wilayah di pulau Jawa dengan wilayah di luar pulau Jawa, apalagi dengan
wilayah timur Indonesia. Sejalan dengan hal itu, jika ibu kota ingin
dipindahkan di luar pulau Jawa, maka patut dilihat kesiapan infratruktur dan
fasilitas pendukungnya.
Selain
faktor ketimpangan, kendala lain adalah faktor sosial. Masyarakat kita
sangatlah berbudaya, setiap wilayah punya masyarakat dengan karakter
masing-masing. Harus dilihat lagi apakah masyarakatnya siap menerima perubahan
jika kotanya menjadi ibu kota negara. Betapa tidak, sebab kotanya akan
“dipermak” besar-besaran dan akan banyak pendatang yang bakal masuk. Semua hal
ini demi meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik sosial.
Untuk
anggaran, Bappenas mengatakan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk memindahkan ibu
kota akan mencapai Rp323 triliun sampai dengan Rp466 triliun. Bukan angka yang
kecil, bahkan tidak salah jika dibilang terlampau besar. Pertanyaannya, apakah
seurgensi itu untuk segera memindahkan ibu kota sedangkan biaya yang dibutuhkan
sangat besar?
Berbicara
urgensi, mungkin jawabannya adalah relatif. Menurut saya, terlepas dari kondisi
Jakarta sekarang ini, tetap saja tidak ada yang terlalu mendesak sampai-sampai
ibu kota harus dipindahkan dalam waktu dekat ini. Terlepas dari semakin
padatnya Jakarta dan kemiringan permukaan tanah yang terus menurun, saat ini roda
pemerintahan negara masih bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Soal
pemindahan ibu kota yang sudah seharusnya dikaji dengan lebih serius, maka saya
setuju. Tapi yang jelas, pemindahan ibu kota adalah rencana jangka panjang.
Brasil misalnya, membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk memindahkan ibu kotanya.
Tidak bisa ibu kota negara dipindahkan dalam tempo satu atau dua tahun saja.
Kesimpulannya,
benar kalau Jakarta dirasa sudah terlalu “lelah” untuk menjalankan perannya
sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis di negara sebesar Indonesia. Tetapi,
memindahkan ibu kota negara tidak semudah membalikkan telapak tangan, untuk itu
tidak perlu terburu-buru untuk merealisasikannya. Semua harus dikaji dan
dipersiapkan sedemikian matang, karena tujuan dari rencana ini adalah agar roda
pemerintahan dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
![]() |
Opini ini telah dimuat di Harian Analisa tanggal 4 Mei 2019 dengan Judul Menilik Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara Atau dapat dilihat di link: harian.analisadaily.com/opini/news/menilik-rencana-pemindahan-ibu-kota-negara/731698/2019/05/04 |
Saya belum baca detailnya, rencananya akan dipindahkan dalam waktu beberapa bulan saja ya? Memang terlalu tergesa-gesa sih ya. Dan itu tadi, kesiapan masyarakatnya. Mau tidak mau kalau jadi pindah, akan ada begitu banyak adaptasi di sana-sini termasuk dalam hal sosial-budaya.
BalasHapusNggak dalam beberapa bulan jg kok kak renananya. Tapi ya emang terlalu tergesa-gesa untuk MEMUTUSKAN harus pindah ibu kota, sedangkan kajiannya juga masih sangat minim
HapusKatanya banjir juga ya di sana ....
Hapussalam
Sebetulnya wacana memindahkan ibu kota itu sudah dari lama, kan? Jadi harusnya sebenarnya sudah ada analisanya sebelumnya. Bahwa diumumkan sekarang sekalipun, bukan berarti besok harus mulai pindahan kan. Tetap saja butuh waktu. Tapi kalau mau dijalankan, ya itu tentunya keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan berbagai dampaknya, dan pasti ada pro kontranya.
BalasHapusRencana sih udah lama kak, tapi sepertinya kajiannya masih sangat minim. Belum ada memang kajian resmi dari pemerintah untuk pemindahan ibu kota selama ini, mungkin baru dimulai sekarang (jika salah, silahkan dikoreksi).
HapusBener tuh, setiap kebijakan publik, apalagi sebesar pemindahan ibu kota, pasti banyak pro dan kontra
Memang sih untuk pindah ibukota itu memerlukan dana yang tidak sedikit, tapi kalau dilihat padatnya Jakarta seperti sekarang ini, berikut kondisi lain yang dihadapi ..., ada baiknya pemindahan lokasi ibukota terealisasi agar pembangunan tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa.
BalasHapusTapi juga di kepulauan lain.
Memang Kota Jakarta udah terlalu "lelah" ya Mas Hima :(
HapusSebaiknya memang harus dikaji lebih dalam dulu soal rencana ini, kita semua menginginkan Indonesia tidak terkonsetrasi di Pulau Jawa lagi :))
Bukan cuma lelah saja, mas ..
HapusTapi juga tahap 'stress' cukup tinggi.
Hanya dilan yang sanggup menanggungnya .. Wwwkkk.
Apaan sih ini kok aku malah nyebut nama judul film segala ..
Pernah membaca tentang struktur tanah di Jakarta yang selalu mengalami penurunan, juga terjadinya banjir tahunan .., itu salah satu alasan tepat kalau ibukota Indonesia lebih baik direalisasikan kepindahannya.
Pemindahan ibu kota negara sebenarnya perlu segera dilakukan karena jakarta termasuk daerah yang rawan bencana. Dimana salah satu prasyarat ibu kota negara adalah tidak berada di daerah yang rawan bencana
BalasHapusBetul mas, Kalimantan relatif aman dari bencana sebenarnya
HapusCuman satu yang gue mau tanyain, ibukota pindah, Monas ikutan pindah gak sih? WOKokwkowokwkowk
BalasHapusWkwkw ya kali xD
HapusGw mah sama kebijakan pemerintah selalu oke aja. Karna gw yakin semuanya sudah dipikirkan dengan matang. Mana ada orang bloon yang duduk di kursi pemerintahan. Harapan gw dengan dipindahkannya ibukota negara, negara ini tambah maju dan makmur. Itu aja.
BalasHapusSemoga mas :))
HapusKeren opininya bisa nembus koran 👍👍👍
BalasHapusklo terwujud nih, bakal sama kayak washington dc vs new york
Sydney vs canbera
kali yah :D
Sepertinya bakal seperti itu mas, tp ini mungkin jangka panjang. Hehe
HapusPosting Komentar
Sila tinggalkan komentarnya.