Saya punya pandangan tersendiri soal Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus). Ospek, bagi saya selalu identik dengan pelecehan dan penyiksaan secara fisik. Alih-alih mahasiswa baru alias maba dikenalkan lebih dalam tentang dunia kampus tempat dia akan segera belajar, para maba justru “dikerjai” dengan cara-cara yang tidak manusiawi dan masuk akal.
Pesatnya
arus informasi sekarang juga semakin membuka mata banyak orang. Sebuah video dari
kegiatan Ospek di salah satu Universitas di Ternate menjadi viral lantaran
menggambarkan bagaimana Ospek di kampus tersebut yang tidak bisa diterima
nalar. Betapa tidak, para maba terlihat disuruh menaiki anak tangga dengan cara
berjalan sambil jongkok dan juga harus saling meminum air mineral yang sudah
tercampur (maaf) air liur teman maba lainnya. Dalam tangkapan layar tersebut,
jelas sekali para senior yang menjadi panitia Ospek melakukan perpeloncoan yang
lewat keterlaluan.
![]() |
Tangkapan layar dari Ospek yang sempat viral. | Sumber: suara.com |
Bagi
saya sendiri yang pernah mengenyam bangku pendidikan perguruan tinggi, hal ini
bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Tidak perlu naif, begitulah gambaran Ospek
di kampus-kampus negera ini pada umumnya. Saya ulangi: pada umumnya. Kejadian di salah satu Universitas di
Ternate hanyalah bukti kecil yang kebetulan tersebar dan menjadi pembicaraan
banyak orang.
Melenceng dari Tujuan Sebenarnya
Saya pernah jadi peserta Ospek--tentu saja ketika awal jadi mahasiswa dulu--tapi setelah itu saya selalu berusaha menghindari seminimal mungkin keterlibatan saya sebagai penggagas maupun pelaksana kegiatan Ospek. Bagi saya, tujuan diberlakukannya Ospek adalah untuk mengenalkan seperti apa dunia
perkuliahan yang harus dihadapi. Sebagai mahasiswa yang baru masuk, buta terhadap dunia perkuliahan adalah hal yang wajar. Untuk itulah diberlakukan orientasi
sebagai materi perkenalan mereka tentang mekanisme dunia perkuliahan sesuai
dengan kampus yang mereka pilih.
Jika
merujuk pada apa yang saya sebutkan tadi, maka kegiatan Ospek sedikitnya harus menjawab beberapa pertanyaan ini: bagaimana memilih dan seperti apa mata kuliah
yang akan mereka hadapi, bagaimana sistem penilaian di dunia perkuliahan,
seperti apa aturan yang ada di bangku kuliah dan apa konsekuensinya jika mereka
melanggar, hingga hal-hal remeh tapi penting seperti bagaimana mengajukan cuti,
melamar beasiswa, dan sebagainya. Memang secara umum
kegiatan Ospek di Indonesia berisi materi-materi tersebut, tetapi, ada selalu
bumbu-bumbu perpeloncoan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan materi
utama kegiatan Ospek. Sampailah pada alasan mengapa saya selalu menghindari keterlibatan dalam penggagas atau pelaksana kegiatan Ospek.
Maka saya kerap melihat, ada panitia-panitia Ospek di kampus yang “mendandani” maba-nya
dengan atribut-atribut aneh. Tak cuma itu, kekerasan dalam bentuk verbal
seperti dibentak-bentak hingga menerima konsekuensi secara fisik seperti
dijemur di panas matahari, berdiri setengah jongkok, push-up, hingga
seperti kasus viral di salah satu Universitas di Ternate itu masih saja
terjadi.
![]() |
Apakah atribut aneh selama Ospek dapat menunjang kegiatan perkuliahan kelak? | Sumber: hipwee.com |
Apakah
hal itu berpengaruh dan bermanfaat bagi para maba untuk mengarungi dunia
perkuliahan yang sebenarnya? Sebagai orang yang pernah menjadi peserta kegiatan
semacam ini, dengan tegas saya mengatakan itu tidak berpengaruh dan tidak bermanfaat
secuilpun. Jelas saja, hal ini hanya menjadi pelampiasan ego dari para senior
di kampus terhadap mahasiswa yang baru masuk.
Sejalan
dengan itu, saya menyadari hal ini sudah menjadi budaya. Kegiatan Ospek yang
lari dari tujuan sebenarnya sudah berjalan secara turun-temurun. Para senior
yang menggagas Ospek ini sebelumnya juga pernah menjadi peserta Ospek dan
diperlakukan demikian sama. Esok hari, sang peserta Ospek juga akan menjadi
senior dan jadilah kegiatan Ospek ini sebagai ajang balas dendam tiada akhir.
Tak
heran jika saat Ospek, kalimat seperti “kami dulu Ospek-nya lebih berat” selalu
diucapkan senior kepada para maba. Ya, kalimat itu seakan menyatakan bahwa apa
yang diterima para maba tidak seberat apa yang diterima para seniornya dulu.
Padahal tidak ada keharusan kalau Ospek setiap tahunnya harus lebih berat atau
lebih ringan. Sekali lagi, Ospek adalah Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus,
bukan penyiksaan secara fisik dan pelecehan demi memuaskan ego para senior
kampus. Saran saya, kalau nanti ada senior yang mengatakan seperti itu ketika Ospek, jawab saja: bodo amat!
Mengembalikan Peran Mahasiswa
Sejauh yang saya tahu, peran mahasiswa adalah sebagai agent of change, social
control, serta calon pemimpin masa depan. Tugas mahasiswa sendiri ketika
masuk ke dunia perkuliahan adalah untuk mengambil ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya, lalu
lulus sebaik mungkin dengan harapan ilmu dan pengalaman yang dibawa bisa menjadi bekal dan
bermanfaat dalam masyarakat kelak. Kegiatan Ospek berbau sisksaan fisik dan
pelecahan tak berguna untuk hal itu. Sama sekali tak berguna.
Beberapa
dalil pembenaran dari para senior atas perpeloncoan di kegiatan Ospek antara lain
adalah untuk mengajarkan tanggungjawab, kekompakan, mental kuat dan
sejenisnya. Ada pula slogan “satu salah semua ikut salah” yang dijadikan hukuman bila
ada yang melanggar peraturan Ospek. Tanggapan saya: semua itu diada-adakan dan merupakan suatu kekeliruan.
Padahal, selepas dari bangku kuliah, kita tidak akan disuruh saling meminum air
bekas liur orang lain maupun menerima hukuman-hukuman yang bersifat pelecehan atas
kelalaian kita dalam bekerja. Dalam dunia sesungguhnya, kebanyakan kita
akan bertanggungjawab atas kesalahan yang kita perbuat sendiri dan menerima
konsekuensinya sendiri. Kekompakan, mental dan rasa tanggungjawab bagi saya pun hanya bisa terbentuk dalam waktu dan kondisi alami tertentu, bukan dalam kondisi yang dibuat-buat di mana para maba diberikan "tekanan" yang seharusnya tidak pantas mereka dapatkan.
Saya
yakin bahwa para maba ini juga sadar bahwa mereka sedang dikerjai, tetapi
mereka sama sekali tidak bisa berbuat banyak dan tak berani untuk berbicara.
Aturan ada pada penggagas dan pelaksana kegiatan Ospek, para maba hanya dengan
terpaksa menerima dan mengikuti kegiatan yang sudah direncanakan.
Lebih
dari pada itu, hal ini merupakan potret budaya perguruan tinggi kita yang
sangat tidak pantas dan sudah berjalan sedemikan lama. Kegiatan Ospek berupa siksaan
fisik dan pelecehan sangat mencoreng budaya kampus yang seharusnya berjalan
dengan sangat akademis. Bagaimana mungkin seorang agent of change dan
calon pemimpin bangsa yang baik lahir dari kegiatan perpeloncoan yang konyol? Bagaimana pula kita akan menghadapi persaingan ekonomi yang
semakin ketat dan terbuka di pasar global jika aset terdepan bangsanya masih
harus menerima perlakuan tidak pantas demi mengenyam pendidikan tinggi? Duh, bahasannya jadi makin berat.
Baiklah, saya
yakin masih banyak kampus yang sudah mengemas kegiatan Ospek maba-nya dengan
kegiatan yang lebih intelek dan akademis sesuai dengan tujuan diberlakukannya
Ospek. Banyak juga potret Ospek sekarang ini yang lebih mengedepankan pengembangan
kreatifitas maba-nya. Sebagai penggagas dan pelaksana kegiatan, para mahasiswa
senior seharusnya sudah punya jalan berpikir yang lebih akademis sekaligus
kreatif. Para pemangku kebijakan pun harus lebih tegas, aturan main yang jelas
harus dibuat agar potret pendidikan tinggi jauh lebih baik. Saya meyakini, generasi
terbaik akan lahir dari proses yang juga baik. Terakhir, semoga infografis dari akurat(dot)co di bawah ini bisa diterapkan di seluruh kampus-kampus di Indonesia.
![]() |
Sumber: akurat.co |
Kalo menurut sy pribadi sih rada lebay tuh perploncoan yg ga ada hubungannya sm sekali dengan pendidikan..ga prnh ngaca dr bnyk peristiwa sampai ada yg meninggal sgla... Tutup mata atau hati nuraninya sdh ilang kali... Mau nunjukin superior nya kpd mhaswa baru? Klwt over kl kt sy mah...
BalasHapusKalau yang sampai meninggal itu sudah terlalu over sih, kayak gitu harus diusut tuntas
HapusJaman gw ospek dulu kagak ada perpeloncoan. Yang ada kita duduk sambil ngantuk-ngantuk karna dengerin orang ngoceh. 3 hari dengerin orang ngoceh mulu, ampun dahh...
BalasHapusWah ini lebih bagus, tapi sebagai maba emang bakal mudah bosen. Makanya penggagas ospek dan panitia juga harus lebih kreatif lagi membalut kegiatan ini
Hapusaku ngga setuju dengan perploncoan. ngaco sih yang membiarkan itu terjadi dengan alasan agar mentalnya bagus. kalo mau, masih banyak kok exercise yang emang bikin mental kita jadi bagus ngga harus diplonco juga
BalasHapusNah ini sepakat banget. Sebagai orang yang tahu seluk beluknya (karena aktif juga di organisasi), perploncoan ini kebanyakan dilatar belakangi "nafsu" balas dendam seniornya, serta kesenangan dgn menunjukkan kuasa yang lebih dari pada juniornya
HapusPada dokumen sih isinya orientasi tapi pada prakteknya lebih pada ngerjain junior
BalasHapusBanyak terjadi pada kegiatan ospek di negara berkembang, Bang :"
HapusNggak bermanfaat sama sekali dan miris banget ternyata masih banyak yang melakukan perbuatan nggak manusiawi seperti itu..
BalasHapusSudah sering terjadi, Mba. Miris banget
HapusIya nih, akan lebih baik jika ospek yang dilakukan bisa memperdalam minat dari mahasiswa/i nya sendiri. Jadi dari mahasiswa/i sendiri dapat berpikir kreatif dalam mengatasi masalah-masalah yang ada didalam dirinya atau mengatasi masalah diluar dirinya.. Mungkin itu yang bisa dipikirkan untuk ospek kedepannya, menurutku sih
BalasHapusSebagian kampus sudah menerapkan cara2 yang lebih baik seperti yang Mba sampaikan. Tapi memang oknum senior ini cerdik2, ada aja celah buat pelonco. Ibarat tanpa peloncoin junior, ospek bukanlah ospek
HapusHadeeeeeh memang menjadi suatu hal yang tabu sih, ini. Ospek yang disalahgunakan menjadi pelonco.
BalasHapusTapi Alhamdulillah saya nga pernah :')
Anda patut bersyukur, hahaha
HapusKala saya kecil, malam-malam diajak tetangga ramai-ramai untuk menonton acara opsek di kampus seberang sungai. Ada acara bentak-bentak segala sepertinya da ribut. Saya tidak ingat kelas apa dan mengapa. Cuma jadi mikir tradisi opsek itu sejak kapan ada? Tahun 1980-an?
BalasHapusBagi saya opsek tidak manusiawi, sebaiknya ditiadakan dari muka bumi ini. Kekerasan dalam balutan apa pun tidak dibenarkan.
Bentak2 ini seperti bumbu wajib mba bagi para senior. Katanya sih ngetes dan mupuk mental para maba. Bagi saya, senior2 spt itu justru tidak cerdas dan cuma pamer gaya barbar
HapusPosting Komentar
Sila tinggalkan komentarnya.