Apa kesan pertama jika mendengar kata pertanian? Sebagian besar langsung terbayang persawahan, pedesaan, serta hal-hal yang berbau tradisional. Bagi kalangan muda, sesuatu yang berkaitan dengan sektor pertanian selalu terkesan tidak “seksi” alias tidak menarik.
Padahal, banyak yang lupa betapa pentingnya sektor
pertanian dalam memainkan peran ekonomi di Indonesia. Data BPS (Badan Pusat
Statistik) pada Agustus 2019 menunjukkan bahwa struktur penduduk bekerja menurut
lapangan pekerjaan paling besar ada di sektor pertanian dengan sebaran sebesar 27,33
persen, lebih tinggi dari perdagangan yang sebesar 18,81 persen dan pengolahan
yang hanya 14,96 persen. Walaupun bukan profesi dambaan, nyatanya mayoritas
orang Indonesia masih mencari nafkah di sektor ini.
Wajar memang jika banyak orang yang bergantung hidup di
pertanian. Selain karena Indonesia adalah negara agraris, jumlah penduduk yang
mencapai 250 juta jiwa akhirnya membuat sektor pertanian menjadi vital demi
menyangga ketahanan pangan negara.
Sebagai gambaran lain, saya menemukan data luas panen dan
produksi padi Indonesia pada tahun 2019. Hasilnya, data BPS menunjukkan bahwa
luas panen padi turun dari 11,38 juta hektar di tahun 2018 menjadi 10,68 juta
hektar di tahun 2019. Dampaknya, produksi padi pun turun dari 59,20 juta ton di
tahun 2018 menjadi 54,60 juta ton di tahun 2019.
Ya, besarnya jumlah orang Indonesia yang bekerja di sektor
pertanian ternyata berbanding terbalik dengan luas panen dan produksi di salah
satu komoditi terbesarnya, yaitu padi yang merupakan makanan pokok orang
Indonesia. Saya lalu membayangkan, jika sektor pertanian di masa depan semakin
ditinggalkan, masih adakah yang kelak bakal turun ke persawahan desa, menjadi
petani, dan menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia di masa depan?
Daya Tarik Pedesaan dan Potensi Agrowisata
Anggapan kalau sektor pertanian selalu tidak menarik bagi
generasi muda harus dibuang dan disesuaikan kembali dengan perkembangan masa
kini. Artinya, potret pertaniannya sendiri yang harus diubah. Nah, untuk merubahnya, semua harus
dimulai dari desa. Mengapa? Jawabannya karena perkembangan sektor pertanian selalu
berpusat di wilayah pedesaan.
Saya kemudian sangat tertarik dengan keberadaan destinasi
agrowisata yang kian berkembang di Indonesia. Betapa tidak, pedesaan pastinya menyimpan
daya tarik yang tak dimiliki wilayah perkotaan. Lingkungan yang masih alami,
udara yang segar dan jauh dari kebisingan kendaraan, adalah potensi wisata yang
sangat bisa dipadukan dengan sektor pertanian.
Lalu apa itu agrowisata? Menurut KBBI, agrowisata
merupakan wisata yang sasarannya adalah pertanian, termasuk di dalamnya adalah
perkebunan, kehutanan, dan sebagainya. Sederhananya, agrowisata adalah
penggabungan aktivitas wisata dan pertanian.
Seiring waktu, sudah semakin banyak petani yang
melebarkan sayap dengan mengembangkan destinasi agrowisata. Tujuan wisata yang
ditawarkan pun semakin beragam. Ada aktivitas edukasi pertanian seperti
mengenalkan proses pembibitan hingga pamanenan, ada pula yang sudah sadar besarnya
potensi pengguna media sosial dengan mendirikan cafe dan restoran dengan pemandangan
hijau serta ditambah spot-spot kekinian untuk berswafoto. Untuk menarik minat pasar,
para pengelola agrowisata juga sudah banyak yang membangun akun media sosial
resmi masing-masing.
Keberadaan agrowisata ini dapat menggiatkan potensi di sektor
lainnya. Tidak mustahil kelak akan banyak anak-anak muda dari kota yang mau
berinvestasi di desa untuk mengembangkan agrowisata, tentu dengan bekal knowledge yang selangkah lebih maju.
Harapannya, mata pencaharian baru untuk masyarakat desa bisa terbuka. Di sektor
UKM (Usaha Kecil dan Menengah), misalnya, warga desa bisa menjual kerajinan
khas daerah atau produk-produk pertanian lainnya di desa dengan destinasi
agrowisata yang sukses. Belum lagi potensi budaya dan adat-istiadatnya yang
mungkin sebelumnya jarang terekspos.
Artinya, pengembangan pertanian desa yang tepat sasarapan
pun bisa menggeser potret pertanian menjadi lebih kekinian. Belum lagi ditambah
dengan kebijakan strategis dari pemerintah terkait, nilai ekonomi melalui
pertanian desa pasti akan terus bertumbuh.
Petani Desa Melek Digital
Selain mengembangkan sektor pertanian melalui agrowisata,
saya juga sangat tertarik dengan potensi informasi digital yang semakin hari
semakin kreatif saja. Misalnya, ketika saya membuka platform Youtube, saya menemukan beberapa konten kreator yang ternyata
fokus melahirkan konten-konten bertema pertanian.
Biasanya, konten kreator yang fokus di pertanian memang berprofesi
sebagai petani atau minimal punya ketertarikan di dunia pertanian. Konten kreator
di bidang ini kerap memberikan tips dan trik seputar bertani, cara mendapatkan
hasil panen berkualitas, mengelola lahan, serta berbagi pengalaman dan
informasi lainnya terkait pertanian.
Konten video lalu dikemas dengan sangat menarik layaknya konten
video dari kreator ternama tanah air. Tidak main-main, konten video pertanian
ini bisa mendapatkan ratusan ribu sampai jutaan penonton untuk satu video saja.
Bagus sekali untuk menarik minat generasi muda terhadap sektor pertanian.
Meskipun begitu, ada pekerjaan rumah yang cukup besar
untuk melahirkan tren konten kreator yang fokus di edukasi pertanian. Diperlukan
knowledge dan sumber daya pendukung
yang mumpuni untuk melahirkan tren ini. Keakraban penggunaan kamera dan
komputer atau laptop, kemampuan editing
video, hingga ketersediaan jaringan internet yang lancar, merupakan kendala
yang paling mendasar untuk petani desa bisa mengemas dunia pertanian menjadi
lebih kekinian.
Di luar itu, konten kreator di bidang pertanian memiliki
potensi yang unik. Saat ini, orang-orang sedang berlomba menjalani gaya hidup
sehat akibat pandemi. Artinya kebutuhan akan buah dan sayur-sayuran pasti
meningkat. Ada pula yang karena pandemi ini jadi kehilangan pekerjaan, mungkin membutuhkan
alternatif usaha untuk memperolah pendapatan. Seharusnya konten kreator
pertanian bisa memenuhi semua kebutuhan informasi tersebut, pun bisa turut
serta meng-influence anak muda untuk
berkarir di sektor pertanian.
Apabila pemerintah sadar dan memperhatikan potensi ini.
Potret pertanian di Indonesia pasti akan berubah. Memang ada pekerjaan rumah
yang besar untuk memberikan edukasi kepada pekerja pertanian di desa terkait
hal ini. Tapi, dengan stimulus dan kebijakan yang tepat sasaran, bukan tak
mungkin konten kreator pertanian bisa menjadi tren baru di industri konten
digital Indonesia.
***
Jika saya boleh menyimpulkan, perpaduan aktivitas wisata dengan
sektor pertanian boleh jadi berpotensi melahirkan destinasi agrowisata yang
sukses. Selain itu, perpaduan konten digital dengan sektor pertanian juga bukan
tak mungkin dapat melahirkan tren baru di kalangan generasi muda saat ini.
Mau bagaimanapun, sektor ini harus dikemas sedemikian
mungkin agar lebih “seksi” di mata kalangan muda. Tujuannya tak lain adalah
agar generasi muda jadi lebih tertarik untuk berkarir di sektor pertanian. Sektor
wisata dan tren digital yang ikut dibawa-bawa, hanyalah “efek tetesan” dari
kemajuan di sektor pertanian itu sendiri.
Pada akhirnya, tak mengapa generasi silih berganti, namun
ketahanan pangan harus tetap kokoh berdiri. Melalui apa? Tentunya melalui
pertanian yang lebih kekinian, yang mampu melahirkan tren bertani masa kini.
Posting Komentar
Sila tinggalkan komentarnya.